Manusiawi bila seseorang mengalami kesepian, namun tahukah Anda bahwa kesepian dan kesehatan mental adalah dua hal yang saling berhubungan? Perasaan kesepian yang dibiarkan terus menerus berkembang dapat mempengaruhi kesehatan mental, di mana menurut penelitian, kesepian dapat meningkatkan gangguan kesehatan mental tertentu termasuk depresi, kecemasan, merasa rendah diri, gangguan tidur dan stres.
Tak hanya bisa dialami oleh orang dewasa, kesepian juga bisa dialami anak-anak.
Penyebab Kesepian pada Anak
Berbeda dengan orang dewasa, kesepian pada anak-anak mungkin disebabkan beberapa masalah mulai dari masalah kecil hingga yang besar, di antaranya:
- Pindah keluar kota dan kehilangan teman bermain
- Pindah sekolah
- Perceraian sehingga anak harus memilih mengikuti salah satu orang tua
- Memiliki kakak yang harus pindah keluar kota karena bersekolah atau meninggal
- Bertengkar dengan sahabatnya
- Dibully
- Adanya kematian anggota keluarga terdekat
Tanda-Tanda Kesepian pada Anak
Tanda-tanda kesepian pada anak mungkin bisa berbeda walaupun penyebabnya sama. Anak-anak yang usianya lebih muda mungkin menunjukkan sikap yang lebih kekanakan saat merasa kesepian ketimbang anak-anak yang lebih besar atau remaja.
Tanda kesepian pada anak balita:
- Memiliki teman khayalan
- Selalu menempel pada orangtua dan sedikit memaksa saat ingin ditemani bermain
- Mencari perhatian dengan melakukan hal konyol atau yang membuat Anda akan memperhatikannya
- Menjadi pemalu atau tidak yakin dengan diri mereka sendiri
- Menangis lebih sering daripada anak seusianya
- Tanda kesepian pada anak yang lebih besar atau remaja:
- Mengurung diri di dalam kamar
- Berusaha mengajak Anda berbicara lebih sering dari biasanya
- Terlihat murung
- Tidak memiliki kegiatan sepulang sekolah karena tidak punya teman
- Tidak lagi pergi bermain dengan temannya
- Memberikan penilaian negatif terhadap diri sendiri
Yang Harus Dilakukan Orang Tua bila Anak Kesepian
Walaupun bisa dibilang manusiawi atau wajar, kesepian tidak sehat bagi anak-anak maupun orang dewasa. Kesepian bukan sesuatu yang bisa diabaikan dan ditunggu sampai hilang dengan sendirinya. Kesepian yang berkepanjangan dapat menyebabkan isolasi sosial, kecemasan, keputusasaan, dan bahkan depresi.
Bagaimana seharusnya orang tua menyikapi kesepian pada anak?
- Mengajak berbicara dan melakukan kegiatan outdoor
Ajak anak berbicara tentang perasaan dan kesedihannya yang menyebabkan ia merasa kesepian. Setelah anak puas mengungkapkan semua uneg-uneg yang ada, ajak ia melakukan kegiatan di luar rumah, misalnya berjalan-jalan, bersepeda, pergi ke pantai atau gunung, dan melakukan kegiatan bersama untuk membangkitkan kembali semangatnya.
- Siapkan waktu ekstra
Kehilangan orang yang disayanginya bisa membuat anak merasa sangat kehilangan dan kesepian. Saat ini, anak membutuhkan waktu dan perhatian lebih dari Anda, sehingga berusahalah untuk memiliki lebih banyak waktu berdua. Menjalani masa berkabung akan jauh lebih mudah ketika tidak sendirian dan anak menyadari bahwa Anda juga mengalami hal yang sama.
- Memelihara hewan piaraan
Selain membantu mengatasi stres pada anak, memiliki hewan piaraan juga membantu mengatasi rasa kesepiannya dengan mendapatkan cinta dan kasih sayang tulus dari hewan piaraan.
Hewan piaraan tak hanya menawarkan persahabatan namun juga dapat mengembalikan rasa percaya diri anak yang sempat hilang. Mereka juga merasa memiliki seseorang yang bisa diandalkan dan berbagi rahasia.
- Menjalin hubungan baru
Apabila anak sudah terlihat siap menerima hubungan baru, ajak ia memilih kelas komunitas agar ia bisa bergabung dan menemukan pengalaman baru serta bertemu orang baru di sana.
Tak harus yang berhubungan dengan akademis, Anda bisa mencari kelas yang lebih menyenangkan dan berbau hobi agar ia dapat rileks dan tidak membawa beban saat masuk ke dalam komunitas tersebut.
Anak-anak remaja mungkin akan menunjukkan penolakan atau menarik diri ketika Anda mencoba membawanya keluar dari "sarangnya". Apabila anak menunjukkan depresi dan kehilangan kepercayaan diri parah, ada baiknya untuk membawanya mendapatkan konseling dengan terapis atau ahli yang lebih profesional.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono